Senin, 16 November 2020

DETEKSI DINI CTEV, CLUB FOOT, ATAU KAKI PENGKOR TURUNKAN POTENSI KECACATAN ANAK

 


Semakin tinggi tingkat kesadaran masyarakat tentang kesehatan untuk dirinya semakin menurun tingkat morbiditas dan tingkat kecacatannya khususnya pada kasus kelainan kongenital atau bawaan pada anak. Beraneka ragam kelainan pada anak yang bisa terjadi pada semua sistem organ tubuh anak tersebut, salah satunya sistem muskuloskeletal pada anak.

Salah satu pemahaman yang berkembang yang harus dibenahi di masyarakat adalah bahwa ketika anak berjalan dan membentuk huruf O atau X, itu mengindikasikan anak tersebut memiliki kelainan tulang. Siapa sangka, hal tersebut termasuk ke dalam fase tumbuh kembang tulang pada anak-anak. Lantas, apa saja yang dapat disebut kelainan tulang anak dan bagaimana cara mengetahuinya ?

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak tidak seperti orang dewasa, tulang anak –anak masih masuk ke dalam masa pertumbuhan sehingga memiliki respon tubuh yang berbeda terhadap trauma fisik dan infeksi dibandingkan orang dewasa. Hal tersebut juga turut mempengaruhi deformitas atau perubahan bentuk yang terjadi.

Perlu difahami bahwa anak bukan sebuah miniature orang dewasa, itulah yang membuat penanganan kelainan sistem muskoloskeletal pada anak berbeda dengan pada orang dewasa. Sistem muskuloskeletal sendiri adalah kelainan pada alat gerak, tulang, sendi, otot, dan saraf.

Salah satu contoh kelainan pada sistem muskuloskeletal yang sering di temui pada anak anak adalah kelainan bawaan bentuk anggota gerak seperti Club foot ( kaki bengkok), Skoliosis ( perkembangan tulang belakang ), dan Intoeing (kaki burung merpati).

Club foot terjadi kaki berubah dari posisi yang normal menjadi seperti tongkat golf atau Congenital Talipes  Equino-Varus (CTEV). Club foot terjadi karena congenital dan hingga kini kasus yang banyak ditemukan adalah idiopatik ( belum diketahui penyebabnya). Jika tidak segera ditindak lanjuti, maka penderita club foot akan mengalami kesulitan berjalan, merasakan nyeri bahkan sampai bisa terjadi disabilitas.

Club Foot pada bayi baru lahir dapat langsung ditindak lanjuti dan tidak memerlukan tindakan operasi. Kita hanya akan mengoreksi dengan menggunakan gips, itu juga membutuhkan waktu yang lama. Jika Club Foot  terlambat di tangani maka di perlukan tindakan operasi. Karena tulangnya sudah tidak dalam fase tumbuh kembang lagi. Selain itu banyak pula yang menyatakan bahwa kaki berbentuk O atau X diakibatkan oleh cara belajar yang salah.

Untuk bayi baru lahir sampai usia 2 tahun, secara normal kakinya berhuruf O,yang secara perlahan akan lurus ketika berumur 2,5 tahun. Kemudian mulai membentuk huruf X pada usia 3 - 5 Tahun. Pada usia 5 tahun ke atas, barulah sendi membentuk seperti lutut dewasa.

Jadi para orang tua tidak usah cepat cemas dan khawatir apabila anaknya yang baru dapat berjalan membentuk huruf O. Ketika telah menginjak 5 tahun ke atas dan sendi lutut berubah, barulah sebaik baiknya diperiksakan kembali pada ahli bedah anak untuk dilakukan evaluasi dan manajemen penanganan lebih lanjut.

Beberapa hal yang patut digaris bawahi dalam menangani permasalahan muskuloskeletal anak adalah bahwa anak- anak tidak selalu dapat mengutarakan keluhan yang dirasakan dan belum bisa menjawab bagaian mana yang dirasa sakit. Disinilah orang tua berperan penting. Butuh kesabaran, ketelitan, dan kemampuan berkomunikasi agar anak dapat relaks dan mau diperiksa dengan kooperatif .

Orang tua juga hendaknya memperhatikan cara anak saat berjalan dan pertumbuhan anak, karena semakin dini kelainan tulang di deteksi sedini mungkin maka keberlangsungan hidup anak - anak akan semakin tinggi dan baik. Yang paling penting adalah menjaga kesehatan ibu hamil waktu trimester pertama dan kedua, selalu periksa kesehatan, dan berkonsultasi pada ahli apabila ditemukan kelainan.

Seorang anak dapat memiliki kelainan tulang. Kelainan tulang pada anak ini mengacu pada kondisi yang memengaruhi kekuatan, pertumbuhan, dan kesehatan tulang secara keseluruhan. Dalam jurnal American Osteopathic Association, ada ragam faktor dapat berkontribusi terhadap perkembangan kerangka yang normal dan pencapaian kepadatan mineral tulang yang normal.

Kelainan tulang pada anak dapat dibedakan menjadi dua :

·        Kelainan bawaan.

Kelainan yang dapat dilihat dan diketahui pada anak sejak lahir.

·        Kelainan yang didapat.

Kelainan pertumbuhan yang disebabkan oleh ragam faktor ( kebiasaan posisi atau sikap tubuh, kurang asupan gizi tertentu, atau gangguan hormonal )

Selain itu, kelainan pertumbuhan juga dapat disebabkan karena adanya infeksi, cedera, dan keganasan/kanker, maupun metabolik. Dalam Medline Plus, disebutkan bahwa penyakit tulang bisa membuat kondisi tulang mudah patah. Berbagai jenis masalah tulang termasuk :

·      Kepadatan tulang dan osteoporosis yang rendah, yang membuat tulang lemah dan cenderung lebih mudah patah.

·     Osteogenesis imperfecta membuat tulang menjadi rapuh, Osteogenesis imperfecta disebabkan oleh gen yang rusak. Gen - gen ini mempengaruhi cara tubuh membuat kolagen dan protein yang membantu berfungsi menguatkan tulang. Kondisi ini bisa ringan, dengan hanya beberapa fraktur tulang selama penderita hidup. Pada kasus yang lebih berat, ratusan fraktur tulang dapat terjadi tanpa alasan jelas. Perawatan meliputi obat penguat tulang, terapi fisik, dan bedah ortopedi.

·        Penyakit tulang Paget membuat tulang lemah.

·       Tulang juga dapat mengembangkan kanker dan infeksi.

·      Penyakit tulang lain, disebabkan gizi buruk, genetika, atau masalah dengan laju pertumbuhan atau pembangunan kembali tulang.

 

Karena itu, penting bagi anak untuk menjaga kesehatan tulang agar terhindar dari risiko kelainan tulang anak. Orang tua juga sangat berperan dalam membentuk kebiasaan sehat agar tulang anak tumbuh dengan optimal. Mengutip National Institute of Health, dua kebiasaan sehat untuk mendukung pertumbuhan tulang seumur hidup yang paling penting adalah nutrisi tepat, dan banyaknya aktivitas fisik.

Oleh karena itu, orang tua juga perlu menjadi contoh tauladan yang baik bagi diri sendiri dalam menjaga kesehatan tulang, sehingga anak akan terdorong untuk membentuk kebiasaan baik tersebut sampai mereka dewasa. Selain itu, konsumsi kalsium dan vitamin D untuk membantu memastikan peningkatan massa tulang yang optimal. Tidak hanya dengan susu, sumber vitamin D juga bisa didapat dari sayuran.

Terkait dengan hal tersebut diatas khususnya pada kasus kelainan struktur tulang pada anak, di Indonesia memiliki sebuah institusi layanan kesehatan khusus muskuloskeletal sebagai rujukan nasional di bidang ortopedi dan traumatologi yang mampu menangani kasus – kasus tersebut khususnya CTEV atau Clubfoot atau kaki pengkor, yang secara intensif dan terpadu,  yaitu di Rumah Sakit Ortopedi Prof DR R Soeharso Surakarta yang beralamat di Jalan A Yani No. 1 Pabelan Kartasura Sukoharjo Jawa Tengah (0271) 714458

Disini pelayanan kesehatan anak ditangani secara terpadu dan berkelanjutan dari subpesialis pediatri ortopedi ( Tulang anak ), spesialis rehabilitasi medik anak,  psikologi anak, orthotik prostetik, okupasi terapi, fisioterapi, dan spesialis Anak (Pediatri). Hampir dari seluruh penjuru Indonesia klien sudah memanfaatkan layanan kesehatannya dari promotif, preventif, rehabilitatif, sampai juga pada fase kuratif atau pengobatan termasuk jika perlu prosedur pembedahan, dengan hasil yang optimal.

Pelayanan kesehatan disini menggunakan 2 jenis layanan Reguler dan Eksekutif, hal ini berlaku baik di rawat jalan maupun di rawat inap.

Pelayanan Eksekutif

Pelayanan eksekutif ini bisa di awali dengan melakukan pendaftaran secara langsung maupun dengan cara online, dimana layanan eksekutif pediatri pada hari Senin dan Kamis.

Pelayanan Reguler

Umum
Pelayanan umum ini bisa di awali dengan melakukan pendaftaran secara langsung maupun dengan cara online, dimana layanan umum pediatri pada hari Selasa, Rabu, dan Jum’at.
BPJS
Pelayanan BPJS ini bisa di awali dengan melakukan pendaftaran secara langsung maupun dengan cara online, dimana layanan BPJS pediatri pada hari Selasa, Rabu, dan Jum’at. Dengan melengkapi surat rujukan dari PPK II atau RSUD setempat, Kartu BPJS, KTP, dan Kartu Keluarga yang bersangkutan

Untuk mendapatkan pelayanan tersebut diatas bisa mendaftarkan diri secara langsung maupun lewat online dengaan selanjutnya melengkapi dengan berkas berkas yang dibutuhkan sesuai dengan layanan yang dikehendaki.

Semoga Bermanfaat

Salam Sentul salam sehat sendi dan tulang

 

Rabu, 04 November 2020

CERMATI GEJALA CEREBRAL PALSY PADA BALITA

Cerebral palsy (CP) adalah kelainan motorik pada anak yang pada usia balita, terutama usia 2 - 3 tahun akibat gejala sisa suatu penyakit infeksi otak yang serius, trauma fisik, atau kekurangan oksigen berat ke otak.

Cerebral palsy (CP) adalah sekelompok kelainan motorik non-progresif dengan gambaran klinis dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu, dapat timbul sekunder akibat lesi atau anomali otak yang terjadi pada tahap awal perkembangan otak.

PENYEBAB CEREBRAL PALSY

Sekitar 35 - 50 % si Kecil yang menderita Cerebral palsy (CP) disertai dengan gejala kejang dan beberapa level keterbelakangan mental. Mereka juga memiliki masalah ketidakmampuan belajar serta masalah lain seperti pengelihatan, pendengaran, bicara, dan/atau bahasa.1

Penyebab Cerebral palsy (CP) secara spesifik adalah masalah pada bagian otak yang bertanggung jawab mengontrol gerak motorik. Kondisi ini terjadi bila otak berkembang secara tidak normal atau mengalami kerusakan pada sebelum (prenatal), selama (perinatal), atau sesaat setelah lahir (neonatal).2

Cerebral palsy (CP) sering terjadi pada usia balita, terutama usia 2 - 3 tahun. Cerebral palsy (CP) yang terjadi pada usia ini sering merupakan gejala sisa suatu penyakit infeksi otak yang serius, trauma fisik, atau kekurangan oksigen berat ke otak.2,3

TANDA DAN GEJALA CEREBRAL PALSY

Gejala dari Cerebral palsy (CP) umumnya terlihat pada tiga tahun pertama kehidupan si Kecil. Gejala utama Cerebral palsy (CP) antara lain :

a.       Kekakuan otot ( spastic )

b.       Kelemahan otot ( flaccid )

c.        Postur atau gerakan tubuh yang tidak terkontrol

d.       Masalah keseimbangan dan koordinasi

 

Gejala-gejala ini dapat mempengaruhi area yang berbeda pada tubuh dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda pada setiap anak Cerebral palsy (CP).2 Berdasarkan kelainan pergerakan, kekuatan otot, dan adanya pergerakan involunter, Cerebral palsy (CP) dibagi menjadi empat tipe, yaitu tipe spastik, diskinetik, ataksik, hipotonik, dan campuran. Dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.     Cerebral Palsy Spastik

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, jenis Cerebral palsy (CP) ini adalah bentuk gangguan yang paling umum dan mempengaruhi sekitar 80 persen orang. Penderita Cerebral Palsy spastik memiliki otot kaku yang menyebabkan gerakan tersentak-sentak atau berulang. Cerebral palsy spastik ini memiliki 3 tipe berbeda, tergantung pada bagian tubuh yang terkena.

 

  1. Hemiplegia atau hemiparesis spastik. Jenis ini memengaruhi lengan, tangan, dan terkadang juga kaki, tetapi hanya pada satu sisi tubuh. Anak-anak penderita hemiplegia mungkin mengalami keterlambatan belajar bicara, tetapi dengan kecerdasan yang normal.
  1. Diplegia atau diparesis spastik. Penderita diparesis spastik sebagian besar memiliki kekakuan otot di kaki, sedangkan lengan dan wajah kurang terpengaruh. Kecerdasan dan keterampilan berbahasa biasanya normal.
  1. Quadriplegia atau quadriparesis spastik. Tipe ini merupakan bentuk Cerebral palsy (CP) yang paling parah, karena melibatkan kekakuan pada lengan dan tungkai dan leher yang lemah. Penderitanya biasanya tidak dapat berjalan dan sering kesulitan berbicara, bahkan dapat mengalami kejang.

b.     Cerebral Palsy Diskinetik

Cerebral Palsy Diskinetik atau juga dikenal sebagai athetoid dyskinetic cerebral palsy adalah tipe yang paling umum kedua. Penderita cerebral palsy jenis ini mengalami kesulitan mengendalikan gerakan tubuh. Meski biasanya tetap memiliki kecerdasan normal, tetapi gangguan ini menyebabkan gerakan yang tidak disengaja dan abnormal pada lengan, kaki, dan tangan. Anak yang menderita cerebral palsy diskinetik ini akan mengalami masalah berjalan, duduk, mempertahankan postur, dan berbicara dengan jelas karena lidah sulit dikendalikan, sehingga penderita akan ngiler karena memiliki masalah dalam mengontrol otot wajah.

 

c.      Cerebral Palsy Hipotonik

Cerebral palsy hipotonik menyebabkan penurunan tonus otot dan otot yang terlalu rileks. Penderitanya akan mengalami lengan dan kaki bergerak dengan sangat mudah dan tampak terkulai (seperti boneka kain). Anak dengan Cerebral palsy (CP) jenis ini memiliki sedikit kendali atas kepalanya dan mungkin mengalami kesulitan bernapas. Bahkan seiring bertambahnya usia, penderitanya mungkin kesulitan duduk tegak karena otot yang melemah. Penderita cerebral palsy hipotonik juga dapat mengalami kesulitan berbicara, refleks yang buruk, dan kelainan berjalan.

 

d.     Cerebral Palsy Ataksik

Cerebral palsy ataksik terjadi karena adanya kerusakan pada otak kecil, yang mengontrol keseimbangan dan koordinasi. Cerebral palsy ataksik merupakan jenis yang paling tidak umum. Penderitanya mungkin mengalami kesulitan berjalan dan melakukan gerakan cepat atau gerakan yang membutuhkan banyak kontrol, seperti menulis. Bahkan anak yang menderita Cerebral palsy (CP) jenis ini akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tangan atau lengan ketika meraih sebuah objek karena sering mengalami tremor.

 

e.      Cerebral Palsy Campuran

Beberapa penderita bisa mengalami lebih dari satu jenis cerebral palsy. Kondisi ini disebut cerebral palsy campuran. Dalam kebanyakan kasus cerebral palsy campuran, orang mengalami campuran cerebral palsy spastik dan diskinetik, meski kombinasi lain juga memungkinkan.

Cerebral palsy (CP) diklasifikasikan menurut Sistem Klasifikasi Fungsi Motorik Bruto (GMFCS). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pengawasan Cerebral palsy (CP) di Eropa telah mengembangkan GMFCS sebagai standar universal untuk menentukan kemampuan fisik penderita Cerebral palsy (CP).

Sistem ini berfokus pada kemampuan untuk duduk, kemampuan untuk bergerak dan mobilitas, serta sejauh mana penderitanya dipengaruhi oleh Cerebral palsy (CP). Lima tingkat GMFCS meningkat dengan penurunan mobilitas tersebut, antara lain :

a.      Cerebral Palsy Level 1.

Level 1 Cerebral palsy (CP) ditandai dengan kemampuan berjalan tanpa batasan.

b.      Cerebral Palsy Level 2.

Penderita Cerebral palsy (CP) dengan level 2 dapat berjalan jarak jauh tanpa batasan, tetapi tidak bisa berlari atau melompat. Namun, penderitanya mungkin membutuhkan alat bantu, seperti kawat gigi kaki dan lengan, saat pertama kali belajar berjalan. Penderita Cerebral palsy (CP) level 2 juga mungkin perlu menggunakan kursi roda untuk berkeliling di luar rumah.

c.       Cerebral Palsy Level 3.

Penderita Cerebral palsy (CP) level 3 dapat duduk dengan sedikit dukungan dan berdiri tanpa dukungan apa pun. Penderitanya membutuhkan alat bantu genggam, seperti alat bantu jalan atau tongkat saat berjalan di dalam ruangan. Mereka juga membutuhkan kursi roda untuk berkeliling di luar rumah.

d.      Cerebral Palsy Level 4.

Seseorang dengan level 4 Cerebral palsy (CP) dapat berjalan dengan menggunakan alat bantu. Penderitanya dapat bergerak secara mandiri di kursi roda dan membutuhkan dukungan saat duduk.

e.       Cerebral Palsy Level 5.

Seseorang dengan Cerebral palsy (CP) level 5 membutuhkan dukungan untuk mempertahankan posisi kepala dan lehernya. Penderita Cerebral palsy (CP) level 5 membutuhkan dukungan untuk duduk dan berdiri, serta mungkin dapat mengendalikan kursi roda bermotor.

AKIBAT JIKA TIDAK MENDAPATKAN TINDAKAN DINI

Jika fungsi keseimbangan tubuh si Kecil terganggu, ia akan mengalami kesulitan untuk melakukan hal sederhana seperti berjalan, mengendarai sepeda, juga bermain. Ketahui selengkapnya di sini.

PEMERIKSAAN CEREBRAL PALSY

Pengkajian tumbuh kembang si Kecil perlu dilakukan secara berkala oleh dokter spesialis anak.. Pengkajian tersebut meliputi riwayat penyakit, tumbuh kembang, serta pemeriksaan fisik yang meliputi postur tubuh, pergerakan, kekuatan otot, dan reflex fisiologis serta patologis. Beberapa pemeriksaanyang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis Cerebral palsy (CP) antara lain :

a.       Magnetic Resonance Imaging ( MRI )

b.      Computerized Tomography-scan

c.       Ultra Sonography

d.      pemeriksaan aktivitas listrik otak ( Electro Encephalography )

e.       pemeriksaan aktivitas otot dan fungsi saraf perifer ( Electro Myelography )

f.       serta pemeriksaan darah.5

Cerebral palsy (CP) tidak dapat disembuhkan. Terapi ditujukan untuk meringankan gejala, mengoptimalkan penderita agar dapat semandiri mungkin dalam aktivitas kesehariannya, serta mendapatkan tumbuh kembang seoptimal mungkin. Terapi yang diberikan untuk penderita Cerebral palsy (CP) diantaranya fisioterapi, terapi okupasi, serta obat-obatan untuk mengurangi kekakuan otot bila diperlukan. Pada beberapa kasus terapi pembedahan mungkin diperlukan.2, 6

Penanganan Cerebral palsy (CP) harus dilakukan secara komprehensif yang meliputi suatu tim gabungan yang terdiri dari dokter spesialis anak, dokter spesialis rehabilitasi medis, fisioterapis, dokter spesialis gizi, dan tenaga profesional dengan keahlian lainnya sesuai kebutuhan masing-masih penderita Cerebral palsy (CP). Tenaga profesional lainnya ini misalnya fisioterapis bicara, guru khusus, dokter spesialis bedah, psikolog,

KOMPLIKASI CEREBRAL PALSY

Masalah pada otak yang menyebabkan Cerebral palsy (CP) tidak memburuk sesuai usia ( non - progresif ). Namun, penderita Cerebral palsy (CP) akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan, dan emosional.7 Masalah yang sering terjadi antara lain nyeri, cepat lelah, lemah, hal ini terutama berkaitan dengan ketidaknormalan otot, tulang, serta postur penderita Cerebral palsy (CP).7 Fisioterapi dan alat bantu diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah ini.7

PERAWATAN CEREBRAL PALSY DIRUMAH

Anggota keluarga sangat berperan dalam terapi Cerebral palsy (CP) dengan mengetahui keadaan si Kecil seperti berkonsultasi dengan ahli-ahli sesuai dengan kebutuhan si Kecil, mengenal si Kecil lebih dekat, serta mendampingi dan memberi dukungan secara emosional. Selain itu, setiap anggota keluarga juga  perlu memperhatikan kondisinya sendiri seperti istirahat cukup, makan teratur, olahraga, sehingga dapat kuat secara fisik dan emosional sehingga dapat mendampingi anak Cerebral palsy (CP) dengan baik. Saling menolong dan saling menguatkan antar sesama anggota keluarga sangat diperlukan. 8

Pendampingan keluarga dalam keseharian si kecil sangat diperlukan mulai dari belajar merawat diri sampai tingkatkan kepercayaan diri si buah hati dengan Cerebral palsy (CP).  Keluarga sangat dibutuhkan untuk membangun kepercayaan diri si Kecil agar dapat belajar apa yang dapat dilakukan secara mandiri sesuai dengan kondisinya.8

Semoga Bermanfaat

Salam Sentul salam sehat sendi dan tulang

Sumber :

§  2012. Cerebral palsy-cause.2014.Cerebral palsy symptoms

§  2012. Cerebral palsy- home treatment. 

§  2014. Cerebral Palsy. 

§  2014. Cerebral Palsy- Diagnosis.

§  2014. Cerebral palsy- treatment.

§  2014. Cerebral palsy- complications.

§  Lava N. 2015.Cerebral palsy in children : Understanding cerebral palsy- the basic.

§  Healthline. 2018. Cerebral Palsy. www.healthline.com

§  Mayo Clinic. 2019. Cerebral Palsy. www.mayoclinic.org

§  Verywell Health. 2019. What Is Cerebral Palsy?. www.verywellhealth.com

§  Centers for Disease Control and Prevention. 2019. What is Cerebral Palsy? www.cdc.gov

§  Cerebral Palsy Guidance. 2020. Cerebral Palsy. www.cerebralpalsyguidance.com