Kesehatan dan kualitas tulang manusia ditentukan oleh berbagai faktor. Sebagian faktor bisa dimodifikasi (biasanya terkait dengan gaya hidup), namun, ada juga yang tidak bisa diubah. Meski begitu, kita tetap harus melakukan langkah-langkah untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan tulang.
Berikut sejumlah faktor yang melekat di diri kita, terkait dengan kesehatan tulang :
· Usia
Usia sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan kita secara keseluruhan, tak terkecuali pada tulang. Seiring dengan pertambahan usia, terutama pascausia 30an, tulang akan mulai menipis dan melemah. Pada mereka yang sudah memasuki fase lansia, risiko untuk mengalami fraktur atau patah tulang ikut meningkat. International Osteoporosis Foundation menyebutkan, mayoritas fraktur tulang panggul terjadi pada mereka yang berusia 50 tahun atau lebih. Pada usia lanjut, kepadatan mineral tulang memang menurun. Akibatnya, terjadi kelainan struktur tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
· Jenis Kelamin
Kaum perempuan memiliki risiko tidak mengenakkan terkait dengan kesehatan tulang. Perempuan, terutama pascamenopause, lebih rentan mengalami penurunan kepadatan tulang daripada pria, akibat produksi estrogen yang menurun secara tajam. Estrogen adalah komponen penting dalam pembentukan tulang. Itu sebabnya, perempuan yang tidak mengalami menstruasi dalam waktu lama hingga menopause, risikonya untuk terkena osteoporosis akan meningkat. Sementara pada pria, jika kadar testosteron di tubuhnya rendah, ia pun berisiko mengalami penurunan massa tulang.
· Ras
Mereka yang berasal dari ras kaukasia dan merupakan keturunan Asia memiliki risiko terbesar untuk mengalami pengeroposan tulang. Perempuan keturunan Asia lebih rentan dengan masalah kesehatan tulang karena kurang mengonsumsi produk susu maupun olahannya, yang menjadi salah satu sumber asupan kalsium. Fakta tersebut diungkapkan oleh the National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases (NIAMS). Karena itu pula, perempuan keturunan Asia lebih rentan mengalami intoleransi laktosa dibandingkan dengan kelompok lain. Selain itu, perempuan Asia cenderung memiliki kerangka tubuh yang lebih pendek dan lebih ramping dibandingkan etnis lain. Karena sejumlah faktor inilah, mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah tulang seperti osteoporosis.
· Hipogonadisme Pada Pria
Seperti halnya kekurangan estrogen pada perempuan, defisiensi androgen pada pria, baik karena hipogonadisme primer ataupun sekunder, dapat meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Hipogonadisme akut, seperti akibat dari orkiektomi (operasi pengangkatan testis) dalam penanganan kanker prostat, mempercepat penurunan massa tulang dengan laju serupa pada perempuan menopause. Penurunan massa tulang setelah orkiektomi akan berlangsung cepat selama beberapa tahun. Setelah itu, prosesnya berjalan bertahap, seperti yang terjadi akibat penuaan.
· Hormon
Selain estrogen dan testosteron, sejumlah hormon yang dihasilkan di dalam tubuh, seperti hormon pertumbuhan atau tiroid, berpengaruh terhadap kesehatan tulang. Di antaranya diperlihatkan sebuah studi di Estonia, yang menunjukkan bahwa insulin-like growth factor (IGF) berhubungan dengan kepadatan massa tulang. Studi berjudul The Influence of Serum Ghrelin, IGF Axis and Testosterone on Bone Mineral Density in Boys at Different Stages of Sexual Maturity itu dipublikasikan dalam Journal of Bone and Mineral Metabolism (2007). Sementara, hormon paratiroid memiliki efek sangat kompleks dan penting terhadap tulang. Hormon ini mengontrol jumlah kalsium di darah dan di dalam tulang. Kelenjar paratiroid mengontrol kadar kalsium dalam semua cairan, semua sel, dan tulang dalam tubuh.
· Pernah Mengalami Patah Tulang
Berhati-hatilah jika Anda pernah mengalami patah tulang. Pasalnya, ini berarti risiko Anda untuk mengalami fraktur telah meningkat hingga 86 persen dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mengalami patah tulang.
Semoga Bermanfaat
Salam Sentul salam sehat sendi dan tulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar